La Tahzan

Manusia sering sekali larut dalam kesedihan yang mereka rasakan, terkadang mereka hanya bisa merenung, melampiaskan kepada benda, bahkan sampai bunuh diri.

Beberapa hari lalu, saya juga merasakannya, namun saya cenderung mengalihkan kesedihan ke kesibukan saya. Intinya saat saya sedih, saya ingin SESIBUK MUNGKIN, maksudnya supaya lupa sama sedihnya, ketika saya sibuk dan lelah, maka saya akan tidur dan rasa sedih itu akan hilang bersama mimpi.

Posting ini sebenarnya hanya untuk menghibur hati saya sendiri, hahaha, oh iya satu cerita lagi nih, sedih itu jangan dipikirin, jangan dirasain, dilupain aja selupa-lupanya walaupun nanti keinget juga, tapi waktu kabar gembira datang rasanya sedih itu menguap ga berbekas, beneran deh, ini baru terjadi sama saya. Jadi, jangan bersedih... daripada capek bersedih, lebih baik memikirkan penyelesaian dari masalah yang membuat kita sedih itu :D

La tahzan....

Fast Track? It Seems to be No

Akhir-akhir ini banyak teman yang bertanya pada saya, "Kamu mau ambil fast track ya?"

Atau bahkan ada yang langsung menuduh, "Pasti kamu mau langsung fast track." =.=

Pertama-tama, apa itu fast track? Mungkin kalau diibaratkan sekolah, fast track itu seperti program akselerasi, lebih tepatnya jembatan antara S-1 dengan S-2. Bila mengikuti program fast track, mata kuliah S-2 yang akan diambil setelah lulus S-1 bisa diambil sebagian pada semester akhir di S-1 sehingga beban S-2 nantinya tidak terlalu berat dan studi dapat diselesaikan dalam waktu 5 tahun (S-1 + S-2). Kurang lebih begitu, mohon koreksi bila ada kesalahan.

Nah, jawaban dari kalimat satu dan dua pada awal posting ini adalah, "Sepertinya tidak." Sebenarnya saya punya cita-cita untuk melanjutkan S-2 ke Jerman atau Belanda, kalau fast track tentu harus melanjutkan S-2 di tempat yang sama, namun ini juga bergantung pada keadaan akademik saya di semester 5 atau 6 nanti.

Bila sekiranya melanjutkan studi ke Jerman/Belanda itu sudah 70% terealisasikan, saya positif tidak akan mengambil fast track. Bila kemungkinan melanjutkan studi ke Jerman/Belanda masih di bawah 50%, kemungkinan saya akan ambil fast track.

Kenapa masih kemungkinan? Alasan saya tidak ingin mengambil fast track sebenarnya karena saat SMP dan SMA saya mengikuti program akselerasi, jadi saya ingin agak "santai" saat di perguruan tinggi, hahaha. Kalaupun nanti cuma ITB yang mau menerima saya sebagai mahasiswa S-2, saya akan tetap menjalaninya dalam 2 tahun dan tidak fast track.

Kenapa ngotot harus ambil S-2? Karena setelah kuliah saya tidak ingin bekerja, saya tidak suka kata 'bekerja', saya lebih ingin belajar dengan kedok bekerja. Belajar dan mengajar adalah hal paling menyenangkan bagi saya dan saya ingin suatu saat nanti menjadi ahli belajar dan ahli mengajar.

Nah bukan berarti saya sama-sekali-tidak-mau mengambil fast track, tapi kemungkinan-besar tidak akan mengambil fast track. Saya ingin menikmati pendidikan saya dan tidak ingin ini berlalu terlalu cepat. Mudah-mudahan hidup saya masih cukup panjang untuk menjadi pengajar dan melihat pendidikan Indonesia 50 tahun lagi :D

I have one more week to prepare. The sounds always make me glad and touched. And I won't be able to hear the sounds again until unpredicted time. "Don't go" is such a childish sentence, but it represents the feeling. I miss every moment with them. I hope we'll meet again and inseparable. What a beautiful daydream :)

Anak FT

Lagi ngobrol sama anak KPA

Ruth : Farah, masuk FT ya?
Farah : Eh? TK kok, hehehe
Ruth : Oooh aku kira kayak Indah sama Shinta

Okti : Farah Farah FT ya?
Farah : TK ti, haha
Okti : Wah iya? Kirain FT

Nisa : Eh Farah teh jurusan apa?
Farah : TK nis, hehe
Nisa : Oh bukan FT? Kirain dari dulu kamu teh mau masuk FT
Farah : Iya banyak yang bilang gitu T.T


Final Execution (dengan anak TK 2010 sendiri)

Faisal : Loh kok kamu masuk sini?
Farah : Kan dari dulu emang milih TK
Faisal : Bukannya milih FT ya?
Farah : Ya ampun...


Aaaaah, apa saya memang mirip anak FT? Saya kan mau jadi TK sejati :((