Jatuh Sakit

Setelah gue selalu pulang malam tiap hari
Setelah gue berusaha untuk ngatur waktu
Setelah gue berusaha untuk mencukupi gizi tiap harinya

Pada akhirnya gue harus jatuh sakit, sepertinya ini peringatan dari badan gue "hei, jangan memaksa, kamu sudah tidak kuat." Dan gue memang harus istirahat.

Tepatnya Selasa tanggal 17 Agustus, gue mulai merasa ga enak di kepala dan hidung gue. Mulai keluar ingus-ingus ga jelas. Gue berpikir ini hal biasa, maklum, kemarennya gue pulang malem habis kumpul PSM.

Setelah upacara, gue bersama kakak taplok dan teman-teman kelompok 108 berkumpul untuk membicarakan banyak hal, hahaha. Kemudian berakhir dengan main kartu (hore, main werewolf), selama itu kami ketawa habis-habisan. Kalau udah kaya gitu, apapun yang ga lucu bisa jadi lucu, semuaaaa lucu. Pengen main bareng 108 lagi :):):)

Gue pulang menjelang maghrib, beli makan dulu di deket kosan, beli ayam goreng + tahu goreng (hobi banget makan di sini, tahu gorengnya garing banget :D autentik lah pokonya). Gue langsung tidur setelah nyuci, nyetrika, beres-beres.

Paginya gue kaget karena suara gue jadi bindeng parah, kata-kata gue jadi ga jelas, nyaris kaya dengungan lebah. Gue tetep sahur dengan santai, menganggap bahwa suara gue jadi "eksotis" (ingat! dalam tanda kutip). Sebelum berangkat kuliah, gue pamit ke bapak satpam di kos "Sayha bherannggkath dhulu phak" (maaf, bukan bermaksud nulis alay, tapi ini simulasi bahwa suara gue bindeng).

Pas naik angkot juga:
"Lurus mbhangg?" gue bertanya sebelum naik angkot
"Lurus neng, lurus"
Beberapa menit kemudian
"Kiri mbhangg" gue turun, bayar
"Mhakasih mbhangg"

Bindeng total euy, kasian abang angkotnya jadi terdengar seperti manusia ragu-ragu karena gue panggil "mbhangg". Mungkin abang angkot berpikir "ini anak mau manggil 'mbak' atau 'bang' ya.." Maaf ya abang angkot, tidak bermaksud manggil "mbhang" T.T tapi saya bayar pake uang pas kan bang? *loh? loh?*

Malamnya sehabis buka bareng anak-anak bridging, gue langsung capcus ke kumpul PSM, mau ada pembagian suara (ambitus). Dengan PDnya gue dateng tanpa memperhatikan suara yang udah mau habis, kalau ibarat minyak bumi, suara gue tinggal residu-nya doang.

do-re-mi-fa-sol-la-si-do (nada mi sama do hilang, entah ditelan sama siapa)

Untung kakak pengambitusnya bisa maklum, makasih kakak :) Dapet golongan alto..
Jam 11-an baru bisa tidur, besoknya gue telat sahur, jam 4.15 baru bangun, huaa gelagapan kesana kemari, tapi tetep sempet makan sahur. Gue merasa tenggorokan gue makin ga enak, Amel menyarankan untuk pergi ke bumi medika ganesha (bmg) dan gue nurut. Hari itu gue ke bmg ditemani oleh Amel. *Makasi ya Ameeel :D*

Sebelum berangkat gue mau ngetes suara dengan bilang 'tes tes'.
Alhasil --> "tes tes" jadi kaya bisik-bisik. Bener-bener harus ke dokter.

Di loket pendaftaran:
"Mau ke dokter apa dek?"
"Dokter umum"
"Fakultas apa dek?"
"FTI" makin berbisik
"Fakultas apa?"
"FTI" bisikannya mengeras, hiks T.T

Pas ketemu dokternya gue juga ga bisa ngomong banyak, padahal ceritanya mah mau curhat, tapi apa boleh buat, berbicara adalah hal yang menyiksa saat itu (?). Setelah bekerja keras dan berbisik-bisik, akhirnya gue dapet obat, horeee *niup terompet*.

Tapi ternyata, masih ada satu tugas lagi sebelum gue tidur di kosan, yaitu... bilang "kiri" ke abang angkot. Gue duduk di bangku ujung belakang angkot bersama dengan suara bisik-bisik-"eksotis" di tenggorokan gue.

"Kiri" heaaa, gang kosan gue kelewat. Untung ada anak SMA yang bilang "kiri" sekitar 50 m dari gang kosan. Jadi ga terlalu jauh berhentinya, hehe, makasi yaa adek :D

Hari ini suara gue normal kembali, walaupun masih bindeng. Kemarin dimarahin sama ibu, gara-gara waktu ditelpon masih ada di kampus, akhirnya gue cepet-cepet pulang ke kosan, hehe.



Jaga kesehatan ya teman-teman ^^
|
0 Responses